Sungguh kejam Tribun Timur kepada Anies, wkwkwkwkw, tertawa aja dulu. Pasalnya judulnya itu loh, coba baca judul salah satu berita di Tribun timur, tulisnya begini “Survei LSI Denny JA: Prabowo Unggul di Tiga Provinsi Terbesar, Ganjar Kuasa Pulau Jawa, Anies Nol” Dimohon pemirsa menahan tawa. Wkwkkww.
Mungkin editor Tribun teringat dengan program rumah DP Nol rupiah ala Anies, karena program itu serasa omong kosong atau program gagal karena terlalu banyak gagasan. Atau mungkin saja ini sengaja ditulis agar Anies terpancing dan akan berkata “Lihatlah, Saya memang dijegal” Padahal, meskipun tidak ditulis judulnya begitu, elektabilitas Anies memang sangat anjlok.
Penyebab anjloknya suara Anies, berangkat dari apa yang telah dilakukannya di Jakarta. Inilah hukum sebab akibat, apa yang ditanam maka itulah yang dituai. Anies telah membentuk politik identitas, dengan memainkan isu SARA Anies berhasil menjadi Gubernur, dan rekam jejak yang buruk ini sangat sulit dilupakan sehingga brand Anies sebagai orang yang berbahaya terus melekat.
Jabatan Gubernur yang pernah diraih Anies, itu adalah bukti yang jelas bahwa Anies memang tidak bisa bekerja, tidak bisa membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat jelata, dan justru kebijakannya hanya merusak. Anies sudah sangat berbahaya untuk Indonesia, cukuplah Jakarta sebagai bukti saja.
Tak heran jika beberapa orang pendukung Anies sudah mulai gerah, misalnya Neno Warisman yang sudah kecewa dengan Anies. Dan itulah juga kenapa Pandji ingin Anies untuk tetap jadi Gubernur di Jakarta saja, mungkin karena Pandji tahu betul bahwa Anies sudah dikutuk se-Indonesia.
Namun Anies juga sangat ragu bisa menang kembali di Jakarta, karena bisa jadi hati nurani Anies berkata bahwa dirinya telah merusak Jakarta selama ini, sehingga jika kembali bertarung di Jakarta sudah pasti akan kalah, karena warga Jakarta sudah kapok, warga Jakarta sudah tahu betul bahwa Anies tidak melakukan perbaikan, justru hanya merusak.
Banyak masalah yang ditinggalkan Anies, tapi kemana-mana ia mengklaim dirinya telah berhasil melakukan kerja ini kerja itu, apapun caranya berbohong, Anies terus ngeggas, namun sayangnya, rakyat Indonesia sudah tahu betul siapa sosok Anies. Jakarta sudah jadi bukti kebobrokan Anies, maka jangan sampai seluruh Indonesia menjadi lebih terpuruk.
Anies bicara gagasan, langsung menjadi bahan tertawaan se-Indonesia, inilah bukti juga kalau elektabilitas Anies akan sulit menanjak naik. Anies sudah tidak bisa dipercaya lagi kata-katanya, terlalu banyak jilatan daripada kejujuran dan bukti. Akhirnya para bandar bingung bagaimana caranya agar nama Anies terangkat.
Bandar mengira, kebusukan Anies bisa dicuci dan dilupakan oleh rakyat Indonesia, tetapi hal itu berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Semua janji-janji Anies di Jakarta masih saja ditagih, rekam jejaknya masih jelas. Bahkan beberapa program Anies sudah seharusnya dinaikkan ke taraf penyidikan, namun sayangnya, Anies masih terlalu kuat bekingannya.
Hanya rakyat Indonesia yang bisa menghukum Anies, soalnya kalau negara atau pemerintahan saat ini, masih banyak hal yang diperhitungan agar tidak menimbulkan efek lain, maka biarkan rakyat yang akan mengadili dengan hukum sosial kepada Anies, sang bapak politik identitas, yang telah memainkan politik yang begitu brutal dan kejam di Jakarta.
Banyak yang berharap Anies benar-benar anjlok, biarkan dia menjadi presiden di Petamburan, karena disanalah para pendukungnya yang begitu antusias, tetapi bagi rakyat Indonesia, tidak ingin terjadi proyek-proyek mangkrak yang lebih sadis lagi.
Saat ini proyek BTS dengan kerugiaan negara 8 trilyun. Jika sampai Anies jadi Presiden, maka ini akan lebih parah dari Zaman SBY, dimana hampir semua petinggi Demokrat terlibat korupsi dan akhirnya pembangunan mangkrak.
Bayangkan jika Anies jadi Presiden, mulai dari proyek IKN akan mangkrak, lalu kereta api cepat pun akan mulai tidak ada penambahan, kemudian proyek BTS pun akan terus digarong, akan muncul Jhoni-jhoni baru, kemudian kasus di PLN yang melibatkan perusahaan keluarga JK pun akan hilang jejaknya, para mafia akan bergembira dan berpesta pora jika Anies jadi Presiden.
Tetapi pesta untuk para mafia ini sudah usai, dan di antara mereka sudah mulai uzur dan tidak bisa upgrade perkembangan jaman, bahkan cenderung masih ingin menggunakan cara-cara lama dalam berpolitik, perhatikan saja si JK, dengan menggunakan politik gaya lama, mulai dari isu Cina, kerusuhan dan model ancamannya pun sudah basi.
Orang-orang tua ini sudah seharusnya pensiun, dan sudah seharusnya berhenti dari segala macam sepak terjangnya. Tapi yah, apa yang mereka tanam maka itulah yang mereka tuai. Jika JK pernah membuat kesulitan pada masyarakat di masa lalu, maka ia akan mengalami kesulitan juga di masa kini, waktu pesta pun sudah harus usai.
Elektabilitas Anies tetap stagnan, karena pendukung Anies memang hanya para kadrun yang tidak mau cerdas, para pendukung Anies itu tetap dalam kebodohan, tidak mau berpikir dan berontak, mungkin sudah merasa nyaman sekali.
Jadi kemunculan Anies di media tidak akan pernah lagi menaikkan elektabilitasnya atau survei branding dirinya untuk tujuan kursi Presiden. Namun kemunculan Anies di media hanya menjadi sebuah lawakan yang paling gurih sepanjang menjelang dilaksanakannya pilpres 2024, karena Anies saat ini sudah menjadi badut-badut politik, ikut meramaikan dan termasuk hiburan yang bikin kita tertawa-tawa terpingkal-pingkal. Itulah gagasan-gagasan, narasi-narasi, dan bacot-bacot cocoklogi dan ngibul-ngibul.